Home » , , » Jelajahi Uniknya Desa Trunyan yang Identik Dengan Wisata Bertema Pemakaman. Kapan Kamu Akan Berkunjung?

Bali nggak cuman pantai, sahabat traveler ! Ada desa yang layak jadi jujugan ketika kamu singgah di pulau Dewata. Desa dengan tradisi pemaka...

Jelajahi Uniknya Desa Trunyan yang Identik Dengan Wisata Bertema Pemakaman. Kapan Kamu Akan Berkunjung?

Written By Admin on Sunday, August 14, 2016 | 1:03 PM

Bali nggakcuman pantai, sahabat traveler! Ada desa yang layak jadi jujugan ketika kamu singgah di pulau Dewata. Desa dengan tradisi pemakaman mayat yang lain dari biasa. Desa Trunyan namanya. Kali ini YoPiknik Travel mengajakmu berkunjung ke sana!

Dikenal sebagai desa Bali asli atau tempat asal muasal orang Bali asli. Letaknya tepat di bawah kaki bukit pegunungan Batur, Bali




Bagaimana cara menuju kesana? Kalian harus menempuh perjalanan menggunakan boatdari Pelabuhan Kedisan, Kintamani. Dengan menyusuri danau Batur selama kurang lebih 45 menit dengan menggunakan kapal boatitu, kalian bisa sampai di dermaga yang langsung berhadapan dengan sebuah gapura pintu gerbang “Sema Wayah” atau kuburan yang terdapat di Desa Trunyan.

Trunyan memang nama sebuah pemakaman. Pemakaman yang sarat akan keunikan. Rasa ngeri saat kamu berada disini akan bercampur dengan penasaran mengulik tradisi




Apa yang unik dari sebuah kuburan? Kalau seseorang dikuburkan menggunakan peti mati atau kain kafan, itu hal yang wajar. Tapi di Trunyan, mayat yang telah meninggal akan dibiarkan tergeletak di atas tanah, Guys! Hiii… Sementara anggota keluarga yang ditinggalkan cukup memberikan pagar dan sesaji di samping mayat. Unik,Guys!

Kalau secara logika, si mayat tadi lama kelamaan akan mengeluarkan bau busuk. Tapi di Trunyan, sama sekali tak kan kamu temukan aroma tak sedap itu. Kenapa?




Guys! Hal ini terjadi lantaran ada si pohon Trunyan. Trunyan merupakan nama sebuah pohon besar yang berdiri di tengah-tengah wilayah ‘pemakaman’ itu. Nama aslinya Taru Menyan. Menurut informasi salah seorang pemandu wisata lokal, seperti dilansir Direktori Wisata, kata “taru” berarti pohon, dan “menyan” bermakna harum. Jadi kalau diartikan bersama akan menjadi pohon harum. Nama pohon inilah yang akhirnya menjadi asal muasal nama desa.

Pohon ini diperkirakan berusia ribuan tahun, dan anehnya ukuran pohon tak banyak mengalami perubahan. Di bawah naungan pohon inilah kuburan tua Trunyan berdiri.


Si pohon ini dipercaya masyarakat setempat dapat menyerap bau busuk dari jenazah yang mengalami proses pembusukan secara alami. Sampai hari ini, belum ada sebuah penelitian yang mampu mengungkapkan dari sudut pandang ilmu pengetahuan, bagaimana pohon ini dapat melakukannya untuk menyerap bau busuk dari mayat manusia. Nakutin, ya Guys!

Katanya nih, dulu, penduduk desa tersebut merasa kebingungan lantaran munculnya bau harum yang sangat menyengat hingga ke pelosok desa. Saking parahnya, hingga membuat penduduk lokal pilek. Setelah ditelusuri, ternyata bau harum tadi berasal dari pohon besar itu. Agar bau harum itu tidak lagi mengganggu, mereka pun sepakat menjadikan tempat itu sebagai arena pemakaman. Terus dilakukan hingga sekarang.



Kalau kamu pikir seluruh jenazah penduduk desa akan diletakkan di area ini, kamu salah. Syarat dan ketentuan berlaku…


Masyarakat punya ketentuan, jumlah jenazah yang diletakkan di atas tanah dekat pohon Trunyan tidak boleh lebih dari sebelas jenazah. Dan satu lagi, jenazah yang dapat diletakkan di area ini adalah yang meninggal secara wajar dan pernah menikah. Jasad akan ditutupi dengan “ancak” atau kurungan bambu. Bagi jenazah yang telah menjadi tengkorak, maka tulang belulangnya dipisah dan diangkat dikumpulkan dengan yang lainnya di dekat akar pohon, agar tempatnya dapat dipergunakan untuk jenazah baru.



SHARE

0 comments :

Post a Comment